Sejarah dan Teknis Lokomotif E1060 “Mak Itam”
Lokomotif uap E1060, yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan “Mak Itam”, merupakan salah satu aset bersejarah perkeretaapian Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. Dibangun pada tahun 1921 oleh Maschinenfabrik Esslingen, Jerman, lokomotif ini menjadi simbol penting dalam pengangkutan batubara dari tambang Ombilin, Sawahlunto, menuju pelabuhan ekspor di Teluk Bayur, Padang.
Keunikan utama E1060 adalah penggunaan sistem rack and pinion (rel bergigi), yang sangat jarang digunakan di jaringan kereta api Indonesia. Sistem ini memungkinkan perjalanan pada jalur dengan kemiringan hingga 80‰, terutama pada lintasan ekstrem antara Sawahlunto – Muaro Kalaban – Padang Panjang.
Latar Belakang Sejarah
- Konteks kolonial Belanda, Jalur kereta Sawahlunto–Padang dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 untuk menunjang eksploitasi batubara Ombilin.
- Peningkatan kebutuhan transportasi, Topografi Sumatera Barat yang bergunung-gunung menuntut penggunaan lokomotif khusus. Oleh karena itu, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) memesan lokomotif tipe Mallet articulated steam locomotive dari Esslingen.
- Pengoperasian awal, E1060 mulai beroperasi tahun 1921, digunakan untuk mengangkut batubara serta melayani kereta penumpang pada jalur terjal.
Spesifikasi Teknis Lokomotif E1060
Parameter |
Keterangan |
Tipe
Lokomotif |
Mallet
articulated steam rack locomotive (sistem Abt) |
Pabrikan |
Maschinenfabrik
Esslingen, Jerman |
Tahun
Pembuatan |
1921 |
Nomor
Seri |
E1060 |
Berat |
± 53
ton |
Tenaga
Mesin |
± 700
HP |
Jumlah
Silinder |
4 (2
tekanan tinggi, 2 tekanan rendah) |
Diameter
Silinder |
± 390
mm (tekanan tinggi), ± 580 mm (tekanan rendah) |
Tekanan
Uap Maksimum |
± 14
bar |
Diameter
Roda Penggerak |
± 850
mm |
Bahan
Bakar |
Batubara
Ombilin |
Kapasitas
Air Boiler |
± 7.500
liter |
Kecepatan
Maksimum |
± 30
km/jam |
Radius
Putar Minimum |
100
meter |
Sistem
Penggerak |
Rack
& pinion (Abt system, rel gigi ganda) |
Kemiringan
Jalur Maksimal |
Hingga
80‰ (8%) |
Peran dan Fungsi
- Angkutan Batubara, Lokomotif ini menjadi tulang punggung angkutan batubara Ombilin dari Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur.
- Kereta Penumpang, Selain mengangkut batubara, E1060 juga melayani angkutan penumpang di lintas perbukitan.
- Inovasi Teknologi, Penggunaan sistem rack railway menjadikannya satu-satunya lokomotif dengan teknologi ini yang dioperasikan di Indonesia.
Julukan “Mak Itam”
Nama “Mak Itam” berasal dari masyarakat lokal Minangkabau. Kata “Mak” berarti panggilan kehormatan untuk sosok tua atau berwibawa, sedangkan “Itam” berarti hitam, merujuk pada warna dominan lokomotif ini. Julukan tersebut menunjukkan kedekatan emosional masyarakat dengan lokomotif yang menjadi ikon Sawahlunto.
Kronologi Sejarah Lokomotif E1060
🏗️ 1892 – Pembangunan Jalur KA Batubara
Pemerintah kolonial Belanda membangun jalur kereta api Sawahlunto – Padang untuk mengangkut batubara Ombilin. Jalur ini memiliki tanjakan hingga 80‰ sehingga memerlukan teknologi khusus.
🚂 1921 – Kedatangan Lokomotif E1060
NISM memesan lokomotif tipe mallet rack dari Esslingen, Jerman. Lokomotif diberi nomor seri E1060 dan mulai beroperasi di jalur Sawahlunto – Muaro Kalaban – Padang Panjang.
⚙️ 1920–1970-an – Masa Keemasan
E1060 menjadi tulang punggung angkutan batubara menuju Pelabuhan Teluk Bayur sekaligus melayani angkutan penumpang. Julukan “Mak Itam” populer di kalangan masyarakat Minangkabau.
⛏️ 1980–1990-an – Penurunan Produksi Batubara
Aktivitas tambang Ombilin menurun, penggunaan E1060 berkurang, dan banyak lokomotif uap lain dipensiunkan.
🛑 2000 – Penutupan Jalur Sawahlunto
Jalur kereta batubara Sawahlunto resmi ditutup. E1060 berhenti beroperasi reguler.
🏛️ 2005 – Warisan Dunia UNESCO
Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (termasuk Mak Itam dan jalur KA) ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
🚉 2010–sekarang – Ikon Wisata & Budaya
E1060 dijadikan koleksi utama Museum Kereta Api Sawahlunto dan sesekali dijalankan kembali untuk wisata heritage railway.
Kondisi Terkini dan Pelestarian
- Disimpan dan dirawat di Museum Kereta Api Sawahlunto.
- Menjadi ikon kota Sawahlunto dan simbol kejayaan tambang batubara Ombilin.
- Dioperasikan terbatas untuk mendukung wisata sejarah.
Lokomotif E1060 “Mak Itam” merupakan artefak bersejarah yang mencerminkan kombinasi teknologi perkeretaapian kolonial, eksploitasi sumber daya alam, dan identitas lokal Sumatera Barat. Dengan keunikannya sebagai satu-satunya lokomotif uap rack system di Indonesia, keberadaan E1060 tidak hanya memiliki nilai teknis, tetapi juga nilai historis dan budaya yang mendalam.
📚 Daftar Pustaka
- Djamhari, R. (2012). Sejarah Perkeretaapian Sumatera Barat. Jakarta: Balai Pustaka.
- Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan RI. (2019). Inventarisasi Sarana Perkeretaapian Bersejarah.
- UNESCO World Heritage Centre. (2005). Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
- Museum Kereta Api Sawahlunto. (2022). Katalog Koleksi dan Sejarah Perkeretaapian Sumatera Barat.
Posting Komentar untuk "Sejarah dan Teknis Lokomotif E1060 “Mak Itam”"