Ojol Tewas Terlindas Rantis Brimob Saat Demo di DPR

Seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan (21) tewas setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat aksi demonstrasi di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis malam (28/8). Peristiwa ini terekam video amatir warga dan viral di media sosial, memicu gelombang protes dari komunitas ojol. Selain Affan, seorang pengemudi ojol lain bernama Muhammad Umar Amarudin mengalami luka serius dan kini masih dirawat intensif. 

Kronologi kejadian bermula ketika demonstrasi berlangsung sejak siang hari dengan suasana relatif damai, di mana ribuan orang berkumpul di sekitar kompleks DPR untuk menyuarakan aspirasi terkait isu kebijakan baru yang menuai penolakan masyarakat luas. Seiring berjalannya waktu, situasi mulai memanas menjelang malam hari, ketika sebagian massa tidak mau membubarkan diri meskipun aparat telah mengeluarkan himbauan. Aparat kepolisian yang dibantu pasukan Brimob kemudian bergerak maju dengan barikade dan kendaraan taktis untuk memaksa pembubaran. Dalam kondisi gelap, bising, dan penuh kepanikan, Affan yang saat itu berada di pinggir jalan bersama sejumlah rekannya terjatuh tanpa sempat menghindar. Detik berikutnya menjadi momen tragis ketika sebuah rantis Barracuda melintas dan menabrak tubuhnya yang tergeletak, sementara warga di sekitar hanya bisa berteriak tanpa mampu berbuat banyak. Beberapa pengemudi ojol yang berada di lokasi langsung mencoba menolong dengan mengangkat tubuh Affan yang sudah tidak sadarkan diri. Ambulans segera datang dan membawanya ke rumah sakit, namun luka parah yang dialami membuat nyawanya tidak bisa diselamatkan. Situasi kian tegang setelah video kejadian menyebar di media sosial dengan cepat, memunculkan kecaman dari berbagai pihak. Komunitas ojol di Jakarta dan kota-kota lain bergerak secara spontan mendatangi Mako Brimob untuk menuntut keadilan, sementara sebagian masyarakat sipil menyampaikan solidaritas melalui aksi doa bersama. Keluarga korban yang sudah terpukul oleh duka harus menerima kenyataan pahit bahwa anak mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan, bukan karena sakit atau kecelakaan biasa, melainkan karena kelalaian dalam prosedur pengamanan. Masyarakat kemudian mempertanyakan kesiapan aparat dalam mengendalikan situasi massa, karena penggunaan kendaraan taktis dalam jarak dekat dengan demonstran dianggap sangat berisiko dan tidak manusiawi. Insiden ini menambah sorotan tajam terhadap standar operasional yang digunakan aparat ketika menghadapi aksi protes warga negara yang seharusnya dilindungi haknya untuk menyampaikan pendapat.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menyampaikan permintaan maaf sekaligus belasungkawa kepada keluarga korban di RSCM. Ia juga memastikan bahwa tujuh personel Brimob yang berada dalam rantis saat kejadian kini ditahan dan diperiksa, termasuk satu perwira menengah. DPR melalui Ketua Puan Maharani mendesak agar kasus ini diusut tuntas secara transparan.

Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan kemudian menjadi simbol dari lemahnya perlindungan hak sipil di tengah situasi politik yang penuh ketegangan. Publik menaruh harapan besar agar kasus ini tidak berhenti pada sekadar permintaan maaf dan pemeriksaan internal, tetapi benar-benar menghasilkan keputusan hukum yang adil. Kejadian ini seakan menegaskan bahwa masih ada jarak antara aparat dan rakyat dalam memahami arti demokrasi dan kebebasan berpendapat. Para akademisi hukum dan sosiolog turut bersuara, menekankan bahwa negara harus hadir memberikan keadilan, bukan justru menciptakan ketakutan. Kehilangan seorang pemuda seperti Affan, yang seharusnya masih memiliki masa depan panjang, menjadi duka yang dirasakan bersama. Media massa nasional dan internasional meliput peristiwa ini secara luas, menjadikannya isu yang tak bisa ditutup-tutupi. Tekanan publik terus mengalir agar pemerintah melakukan evaluasi besar terhadap metode pengendalian massa. Pihak keluarga korban hingga kini masih menunggu kepastian terkait langkah hukum selanjutnya sambil mencoba menerima kenyataan pahit yang menimpa mereka. Solidaritas masyarakat, terutama sesama pengemudi ojol, terus berdatangan, membuktikan bahwa rasa kemanusiaan masih hidup di tengah situasi yang penuh luka. Tragedi ini bukan hanya tentang satu nyawa yang hilang, tetapi tentang hak-hak dasar manusia yang seharusnya dijunjung tinggi dalam negara hukum. Kasus ini akan menjadi catatan sejarah penting dan ujian besar bagi institusi kepolisian dalam menunjukkan komitmen mereka pada keadilan, kebenaran, dan perlindungan terhadap rakyat.

Posting Komentar untuk "Ojol Tewas Terlindas Rantis Brimob Saat Demo di DPR"